A. Tujuan Percobaan
1.
Untuk melihat dan memahami respon
analgetik setelah pemberian analgetika non narkotik
2. Membandingkan
respon analgetik antara paracematol dan asam mefenamat.
B. Dasar Percobaan
Analgetik adalah
obat yang berkhasiat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Pada
umumnya analgetika dikelompokkan ke dalan dua golongan, yaitu analgetik
narkotik dan non narkotik. Afek analgesik dari analgetika narkotika sebenarnya
diakibatkan oleh terpacunya reseptor spesifik untuk opiat. Dalam keadaan normal
(fisiologis) reseptor ini terpacu oleh beberapa neuro transmitter yang
berfungsi mengatasi nyeri. Termasuk dalam golongan ini adalah morphin, kodein,
dan senyawa sintetik memeperidin (pethidin), amiloridin, metadon, pentazosin.
Analgetika non
narkotik sering disebut juga analgetika antiperitika. Umumnya digolongkan pada
kelompok salisilat, pirazon dan para aminofenol dan asam organik. Beberapa dari
golongan tersebut mempunyai efek antiinflamasi sehingga sering dimasukkan dan
dibicarakan dalam obat antiinflamasi non-streoid (NSAIDS).
C. Alat dan Bahan
o
Sphygmomanometer atau tensimeter
o
Stopwatch
o
Ember
o
Es batu
o
Paracetamol
o
Asam Mefenamat
D. Prosedur Percobaan
1. Dua
kelompok mahasiswa menunjuk dua orang probandus.
2. Probandus
kelompok I mencelupkan tangannya ke dalam air es, catat waktu sampai rasa sakit
konstan karena pengaruh dingin es, setelah itu itung pula denyut jantung dan
respirasi per menit berapa kali.
3. Probandus
kelompok II dipasangkan tensimeter, pada lengan kiri, pompa sampai diatas 180
mmHg. Catat pada tekanan tertentu probandus kelompok II merasa sakit konstan,
hitung pula denyut jantung dan respirasi per menit berapa kali.
4. Sesudah
percobaan di atas, probandus kelompok I diberi obat Asam Mefenamat dan
probandus kelompok II diberi obat Paracetamol untuk diminum.
5. Setengah
jam setelah minum obat, percobaan di atas (2 atau 3) ulangi lagi dan dicatat.
Ulangi percobaan setiap 20 menit.
6. Bandingkan
rasa nyeri sebelum dan sesudah minum obat.
E. Hasil
Hasil
pengamatan Kelompok I
No
|
Waktu
|
Denyut
Jantung/mnt
|
Respirasi/mnt
|
Tekanan/dtk
|
1
|
0’
|
86
|
53
|
13
|
2
|
20’
|
80
|
55
|
35
|
3
|
40’
|
90
|
39
|
43
|
4
|
60’
|
84
|
38
|
57
|
5
|
80’
|
86
|
31
|
44
|
Hasil Pengamatan Kelompok II
No
|
Waktu
|
Denyut
Jantung/mnt
|
Respirasi/mnt
|
Tekanan/dtk
|
1
|
0’
|
88
|
32
|
41
|
2
|
20’
|
82
|
28
|
47
|
3
|
40’
|
84
|
33
|
34
|
4
|
60’
|
90
|
29
|
50
|
5
|
80’
|
77
|
30
|
47
|
Ket
:
v Kelompok
II : Obat Asam Mefenamat
v Kelompok
I : Obat Paracetamol
F.
Pembahasan
1) Paracetamol
Analgetik
Ø
Farmakologi : Paracetamol adalah derivat
p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik atau analgesik. Sifat
antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik paracetamol dapat menghilangkan rasa
nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak
digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan oral paracetamol diserap dengan
cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu
30-60 menit. Paracetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa
mengalami perubahan. Resorbsinya dari usus cepat dan paraktis tuntas, secara
rektal lebih lambat. Prosentase pengikatan pada protein 25 %, plasma t ½ nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya
tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan metabolit-metabolit toksis
yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat.
Ø
Farmakodinamik : Efek analgetik
paracematol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengrangi nyeri
ringan sampai sedang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekaniosme yang
diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. efek antiinflamasi
paracetamol sangat lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik.
Ø
Farmakokinetik : Paracetamol diabsorpsi
cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma
dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam.
2) Asam
Mefenamat
Ø
Farmakologi : Asam Mefenamat merupakan
kelompok antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa
prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksiginase
sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.
Ø
Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat
termasuk ke dalam golongan (NSAIDS), maka kerja utama kebanyakan nonsteroidal
antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis
prostaglandin, sedangkan kerja utama obat antiradang glukortikoid menghambat
pembebasan asam arakidonat.
Ø
Farmakokinetik : Asam Mefenamat diabsorbsi
dengan cepat dari saluran gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar
plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul
asam mefenamat. Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg memberikan
kadar plasma puncak selama 2 sampai 4 jam dengan t ½ dalam plasma sekitar 2
jam.
G. Kesimpulan
1. Sebelum minum obat analgetik
(paracetamol), daya tahan sakit probandus terhadap batu es yaitu 13 detik dan
setelah minum paracetamol daya tahan sakit semakin meningkat, yaitu 35 detik
dan turun kembali secara bertahap. Itu berarti, obat ini memeberikan efek
analgetik (menghilangkan rasa sakit) karena setelah dilihat perbandingan antara
sebelum dan setelah minum obat.
2. Demikian pula dengan probandus yang
diberi rasa sakit menggunakan es batu. Perbedaan antara sebelum dan sesudah
minum obat jelas tampak pada hasil tabel pengamatan dan efeknya
berangsur-angsur meningkat, kemudian bertahap turun. Pada percobaan ini
menggunakan obat Asama Mefenamat.
3. Sedangkan untuk denyut jantung respirasi
probandus pada kedua obat ini tidak terlalu tampak perubahan antara waktu yang
awal dan seterusnya karena dapat meningkat dan menurun kembali.
4. Untuk kekuatan daya antipiretik Asam
Mefenamat lebih kuat daripada Paracetamol sebab pada obat Paracetamol daya
tahannya 13 detik sedangkan Asam Mefenamat 41 detik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar