Kamis, 19 April 2012

NISAN PUTIH, itu...

Lama tak menjumpai seseorang yang sudah tak dapat ku rengkuh lagi di dunia ini.
Sudah lama, aku bertekad untuk melihat tempat peristirahatan beliau, Ayahku.

Aku sudah terpisah oleh dua dunia yang berbeda terlebih lagi sekarang aku tak bisa setiap minggu untuk menjenguk beliau.
Yah, aku di palembang sedangkan makam ayahku berada di sebrang pulau sana. Aku di Palembang dan makam ayahku di Jawa. Begitu jauh dan berat sekali saat aku benar-benar merindukan, saat aku ingin menabur bunga-bunga segar sesering mungkin untuk mempercantik makam nya. Sudah 7 tahun aku tak melihat makam ayahku sendiri. Dan tahun kemarin, Tuhan mengijinkan aku dan keluarga kecilku untuk kesana. 7 tahun aku menanti dan 1 hari ini semuanya akan terbayar.

Datang dari Palembang menuju Wonogiri. Perjalanan yang begitu melelahkan sekali. Terlebih tak sempat berisitirahat lagi, setelah sampai langsung menuju makam beliau.
Belum lagi harus menempuh perjalanan satu jam menuju ke sana. Di perjalanan, hanya merenung dan melamun yang lakukan.
Sebentar lagi aku mengunjungi makam ayahku. Sebentar lagi aku berdo'a di depan nya. Sebentar lagi aku bercerita dengan dia lebih dekat di tempat peristirahatannya yang terakhir dan Sebentar lagi aku menaburkan bunga-bunga segar nan indah agar makamnya terlihat cantik. 

Sampai di pemakaman, karena sudah 7 tahun tak kesana. Alhasil bingung dan naik turun dari depan ke belakang, melewati makam yang lainnya satu per satu hanya untuk mencari nisan bertuliskan Purwoko dan berwarna hitam. Mencari 10 menit tak bertemu, bertambah bingung aku. Panik tak terhingga sebenarnya aku saat itu, tapi demi terlihat tegar dimata mama aku bersikap biasa saja. Yang aku takutkan tak akan kutemui lagi makam ayahku karena sudah banyak sekali makam-makam orang.

Tak lama kemudian datang seorang ibu dengan anak kecil mendekati kami. Ternyata itu penjaga makan disana.
"cari makam siapa, bu?" ujarnya
"purwoko" ucap ibuku
"kecelakaan pesawat itu ya?" kata si penjaga makam
(berdetak kuat jantungku)
"iya" kata ibuku.
Dibantu dan dicarinya makam ayahku. Tak lama kemudian dia menunjuk ke suatu tempat. Aku, ibuku serta adikku segera mendekat. "Ini bu" ucap si penjaga makam. Tak dapat berkata apa-apa.,Tercengang, Lemas dan jatuh berlutut di samping nisan ayahku sendiri, yang ku lakukan saat itu. Nisan yang dulu berwarna hitam, kini memudar menjadi warna putih keabu-abuan karena teriknya matahari dan hujan yang membuat luntur.

Inikah makam ayahku? (tetap tak percaya aku pada awalnya)
Kulihat namanya, ku tatap dengan seksama dan tanggal wafatnya.
Meneteslah air mataku membasahi nisan beliau. Benar, ini.. ini makam ayahku..

"Papa, ini eka. Hari ini eka dateng ke sini sama mama dan dedek. Eka sudah besar sekarang, sudah kuliah pa, sebentar lagi eka memasuki semester akhir. Kangen banget sama papa. Papa apa kabar. Kenapa tempat peristirahatan papa berubah? gk ada yang mengurusikah disini. Maafin eka baru hari ini bisa dateng. Maafin eka yang gk bisa setiap minggu merawat makam papa." itu ucapku dalam hati. Mengalir dan terus mengalir air mata ini. Berkali-kali mengusap nisan bertuliskan nama ayahku, rasanya sungguh menyakitkan sekali. Surat yasin pun kulantunkan disamping makam beliau. Bunga-bunga mawar dan melati nan indah menghisai nisan putih itu.

Sampai akhirnya aku harus berpisah kembali dari tempat ini. Yah, 7 tahun aku menanti rasanya ketika hanya terbayarkan satu hari. Aku enggan.
Tapi lagi-lagi aku ikhlas, ayahku tlah tenang disana, beliau sudah bahagia di tempatnya.
Ketika semua selesai,
Aku berdiri dan melangkah setapak demi setapak meninggalkan makam ayahku.
Jauh..jauh semakin jauh dan kemudian tak tampak lagi makam itu dari penglihatanku.
"suatu saat eka pasti akan kesini lagi pa. Insyaallah" batinku.

Nisan Putih, itu....
Nisan yang telah berubah warna itu kini jadi tempat peristirahatan ayahku dan akan selalu ku ingat di dalam benakku.

Sebentuk hati buat papa nun jauh disana ♥
Sayang papa banget..banget..

purnama 


*ini nyata : setelah jalan keluar dari tempat makam, kedua kaki berat banget bukan karena capek atau apalah. Dan ini berlangsung selama dua hari. Menurut perasaanku sendiri, nampaknya beliau menginginkan aku sedikit lebih lama. Terserah sih mau percaya atau tidak, tapi ada juga yang udah pernah ngalamin ini.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar