Beberapa bulan tak lagi mendengar kabar darimu, sungguh membuat dadaku sesak menyimpan sejuta rindu yang hanya teruntuk dirimu. Ini jujur dari dalam hatiku.
Walau kau sempat melukai hatiku tapi entah kenapa aku masih bisa menyayangimu sedalam ini. Mungkin terkesan bodoh ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita dan mencampakkan perasaan kita begitu saja tapi kita masih saja menyayanginya bahkan merindukannya. Aku lelah ketika melawan otakku yang selalu saja masih memikirkanmu. Aku lelah dengan hatiku yang selalu tak berhenti merindukanmu. Aku lelah mengatakan semuanya ini pada otakku dan hatiku. Tapi inilah rasa yang ada untukmu, ini demikian adanya tidak ada yang dibuat-buat dan ini tidak pura-pura kalau AKU SANGAT MERINDUKANMU dan MENYAYANGIMU.
Dengan sejuta rasa yang bercampur aduk kuberanikan diri untuk menghubungimu, kuhilangkan rasa gengsi untuk saat ini karena aku tak ingin hatiku sakit bila memendam ini selalu. Ketika aku memutuskan untuk menghubungimu lagi. Kutanya kabarmu selama ini, sibuk apa, bahkan kabar keluarga kecilnya tak luput dari pertanyaanku. Dua hari setelah aku kembali berkomunikasi denganmu tak kudapati sosok yang dulu ku kenal. Dari sekian banyak sms yg kau kirim tak luput kalimat ini "Lagi Ngapain Sekarang?" berulang-ulang selalu kau tanyakan.
Heyy,ada apa denganmu? Ada yang berubah darimu. Kenapa kau bersikap sedingin ini padaku? Kenapa kau seperti sangat acuh padaku? Benarkah kau tak merindukanku selama aku pergi dari hidupmu? Atau sekarang kau telah memiliki ikatan dengan wanita lain?
Berhentilah untuk bersikap dingin padaku, aku merindukan kamu merindukan KITA seperti dulu. Salahkah bila aku menghubungimu kembali atau kau tak ingin menjadi sahabatku lagi. Mengapa menjadi banyak pertanyaan terselip di otakku.
Kumohon akhiri rasa kecanggungan ini, bukankah kita sudah melupakan kejadian yang lalu-lalu. Bukankah kau telah memaafkanmu dan begitupun aku sebaliknya, lantas apa yang membuatmu seperti ini padaku. Kini kebahagiaanku berubah menjadi isak tangisku ketika kudapati sikapmu yang seperti itu padaku.
Hari ini, tepat setelah tiga hari aku menghubungimu ternyata semuanya benar-benar berbeda. Mungkin, tetap menjaga jarak dan tak lagi menghubungimu itu lebih baik. Aku hanya tak ingin menjadi benalu di hidupmu, walau mungkin dirimu tak ucapkan padaku tapi aku merasakan itu. Dan walau terkesan sakit kuputuskan untuk memendam ini semua lagi lagi dan lagi, tak bisa tahu lagi kegiatanmu sehari-hari bahkan tak mendengar suaramu lagi.
Terima kasih untuk tiga hari ini. Akan selalu ku rindukan dirimu, akan slalu ku ingat tiga hari bersamamu dalam ingatanku. Walau tiga hari tak cukup untuk mengurangi rasa rinduku tapi ku yakin suatu saat entah kapan kita bisa bercanda lagi melebihi tiga hari ini. Semoga .. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar